MOTIVEDU - Permasalahan tengkulak terkait dengan pemodalan dan pemasaran sebenarnya sudah menjadi masalah klasik dalam pertanian di Indonesia. Keberadaan tengkulak pada dasarnya menjadi salah satu dari saluran distribusi produk pertanian. Kondisi saluran distribusi sampai sekarang masih rumit dan panjang. Tengkulak justru menjadi mata rantai yang terus memperpanjang distribusi produk pertanian, khususnya, gabah/beras.
![]() |
ilustrasi |
Ada tiga alur yang harus dilalui gabah yaitu dari petani ke penebas, penebas ke tengkulak (tengkulak kecil maupun besar), dan baru sampai gudang rice mill untuk diproses menjadi beras. Dari alur distribusi tersebut, petani menjadi pihak pertama dalam pembentukan harga. Pihak yang paling diuntungkan dari semua saluran distribusi dalah tengkulak. Adanya tengkulak bagi petani padi lebih banyak merugikan pihak petani.
Karena proses distribusi yang semakin panjang, justru membuat klaim jasa distribusi yang membuat harga produk pertanian ini semakin tinggi. Dampak negatif yang ditimbulkan bukan hanya dari pihak produsen (petani) saja, tetapi juga konsumen (masyarakat) yang terdampak pada harga.
Dalam penelitian Azizah, E. N. (2016), yang berjudul “Peran Positif Tengkulak dalam Pemasaran Buah Manggis Petani: Studi Jaringan Sosial Tengkulak di Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang” diperoleh temuan bahwa tengkulak memiliki jaringan sosial yang luas dan tak terbatas. Jaringan sosial tersebut ia dapatkan melalui berbagai macam cara.
Bentuk jaringan sosial yang dimiliki oleh tengkulak yaitu kelekatan relasional. Tengkulak memiliki posisi strategis dalam menghubungkan petani dengan pembeli agar tercapainya tujuan-tujuan ekonomi bagi semua pihak. Tengkulak juga memiliki sisi positif. Sisi positif tengkulak dapat dilihat dari peran yang ia miliki.
Tengkulak yang memiliki sisi positif yaitu tengkulak yang memiliki peran sebagai pengumpul, pembeli, penghubung, dan pemasar. Tengkulak yang tidak memiliki peran sebagai kreditor/pemilik modal dapat dikatakan memiliki sisi positif. Dengan demikian, penelitian ini terbukti bahwa terdapat tengkulak yang memiliki peran positif yaitu tengkulak yang tidak bersifat ekploitatif terhadap petani.
Adapun dari sisi pemodalan, hasil penelitian Mahmudah, E. (2014) yang berjudul “Bargaining position petani dalam menghadapi tengkulak” menunjukkan bahwa petani berlahan sempit mengalami kesulitan modal sehingga menggantungkan kelangsungan produksi pertaniannya kepada tengkulak/petani-pedagang. Terbentuknya harga dengan tengkulak/petani-pedagang didasarkan atas rasa sungkan dan percaya karena sudah memberi pinjaman modal, petani lebih bersifat pasrah dan menerima sehingga bargaining position mereka lemah.
Bentuk eksploitasi terlihat dari pembentukan harga yang terjadi dari satu belah pihak, yaitu ditentukan dari tengkulak. Sementara, petani berlahan luas tidak memiliki keterikatan hutang modal produksi dengan tengkulak/petani-pedagang sehingga saat pasca panen dapat memilih tengkulak/petani-pedagang yang mampu membeli dengan harga tinggi, bahkan mereka menimbun hasil panen untuk dijual pada saat harga dipasaran sudah tinggi.
Dari kedua penelitian tersebut, dapat diketahui bahwa keberadaan tengkulak bukan hanya berdampak negatif saja, tapi juga ada dampak positif yang diperoleh. Namun, kalau melihat secara keseluruhan, saluran distribusi produk pertanian perlu dievaluasi lebih lanjut. Penawaran harga dari tengkulak cenderung sangat rendah, sehingga kesejahteraan petani tidak ada.
Tidak adanya kesejahteraan petani juga menjadi salah satu faktor minimnya minat tani di kalangan anak muda. Alternatif yang dapat dilakukan yaitu denggan menggaet tengkulak agar bekerja sama dengan pemerintah maupun swasta. Dengan demikian, nilai jual-beli yang dilakukan oleh tengkulak dapat terkontrol dan petani tidak dirugikan.
Oleh Day
Juli 19, 2020
Juli 19, 2020
Jadilah orang pertama yang berkomentar!